Kami tiba di Kota Semarang pukul setengah enam sore. Setelah check in di Hotel dan berbenah, kami keluar berjalan kaki menyusuri trotoar. Melihat kehidupan malam kota sambil mencari tempat makan. Dengan berjalan kaki kami dapat lebih mengenal kota lebih dalam. Melihat karakter manusianya, mendengar cara mereka berceloteh, dan yang paling penting adalah bisa mencium aroma masakan dari warung-warung emper yang kami lewati.
Aroma masakan Warung Pak Mandor ini pula yang membuat kami mampir dan mencicipi masakan disana. Saya tertarik dengan menu tongseng yg tertulis di keber warna kuning depan warung. Kebetulan dari dulu penasaran dengan "tongseng".. makanan apa sih itu??
Sembari menunggu makanan datang, kami melihat sekeliling.. warung ini engga seberapa besar, cuma terdapat lima meja makan. Temboknya terbuat dari batu bata yang engga di poles. Dari depan tampak bakaran sate dan wajan tempat masak yang dihimpit pikulan dan... ehh kok ada fotonya si tukul empat mata tergantung di tembok?. Wah, pernah makan disini dia rupanya.
Tak lama kemudian Mas pegawai datang membawa dua gelas eh teh dan tongseng kambing.
Slurpp.. ehmm, kuahnya pedes dan bumbunya krasa banget. Kuah agak manis seperti semur. Manis yang dipakai terasa seperti manis gula jawa. Pedes berasal dari taburan merica dan potongan lombok merah. Daging empuk banget dan yang paling saya suka adalah aroma dagingnya engga prengus.. wedeh bahasa indonya prengus apa ya :p.
Dasar sial.. saya lupa engga bawa kamera buat mengabadikan.. jadi alasan untuk kembali lagi esoknya sekaligus mencicipi satai dan gulainya :p.
Aroma masakan Warung Pak Mandor ini pula yang membuat kami mampir dan mencicipi masakan disana. Saya tertarik dengan menu tongseng yg tertulis di keber warna kuning depan warung. Kebetulan dari dulu penasaran dengan "tongseng".. makanan apa sih itu??
Sembari menunggu makanan datang, kami melihat sekeliling.. warung ini engga seberapa besar, cuma terdapat lima meja makan. Temboknya terbuat dari batu bata yang engga di poles. Dari depan tampak bakaran sate dan wajan tempat masak yang dihimpit pikulan dan... ehh kok ada fotonya si tukul empat mata tergantung di tembok?. Wah, pernah makan disini dia rupanya.
Tak lama kemudian Mas pegawai datang membawa dua gelas eh teh dan tongseng kambing.
Slurpp.. ehmm, kuahnya pedes dan bumbunya krasa banget. Kuah agak manis seperti semur. Manis yang dipakai terasa seperti manis gula jawa. Pedes berasal dari taburan merica dan potongan lombok merah. Daging empuk banget dan yang paling saya suka adalah aroma dagingnya engga prengus.. wedeh bahasa indonya prengus apa ya :p.
Dasar sial.. saya lupa engga bawa kamera buat mengabadikan.. jadi alasan untuk kembali lagi esoknya sekaligus mencicipi satai dan gulainya :p.
tongseng kambing
Satai kambing dibakar biasa, bumbunya sederhana, cuma kecap manis dan taburan bawang merah serta lombok hijau. Daging empuk engga alot saat digigit, bumbu juga remasuk di dagingnya. enak..
sate kambing
Gulai kambing kuahnya lebih encer, agak bening dibanding gulai kambing yang biasa saya makan. Jadi engga seberapa eneg, lebih ringan. Rasa rempah bumbunya kerasa banget, campuran pedas, gurih.. so spicy dah pokoknya. Sulit diucapkan dengan kata-kata.. halah...
gulai kambing
Setelah makan tentu saja jangan lupa bayar.. untuk satu gulai kambing, satu tongseng, 1 porsi (10 tusuk) satai, dua nasi putih dan dua es teh manis bisa dituker dengan harga 45.000 rupiah. Kenyang.. puas..
Warung Pak Mandor bisa di temui di jalan Ngesrep Timur, sebelah Indomart. ke-2 yang ada di jalan ini. Gampangnya kalau anda keluar dari Hotel Plaza jalan Setiabudi, nyebrang jalan saja trus belok kanan. Abis ketemu perempatan langsung banting setir ke kiri.. nah, kira2 500 meter dari perempatan itu warung Pak Mandor bertengger.
Ngincip memberi nilai 4 dari 5. Salam ngincip dari Kota Semarang...
Warung Pak Mandor bisa di temui di jalan Ngesrep Timur, sebelah Indomart. ke-2 yang ada di jalan ini. Gampangnya kalau anda keluar dari Hotel Plaza jalan Setiabudi, nyebrang jalan saja trus belok kanan. Abis ketemu perempatan langsung banting setir ke kiri.. nah, kira2 500 meter dari perempatan itu warung Pak Mandor bertengger.
Ngincip memberi nilai 4 dari 5. Salam ngincip dari Kota Semarang...